Rilis di tahun 2016, popularitas aplikasi media sosial berbasis video, TikTok, meroket belakangan ini. Bahkan, tak sedikit yang memakai TikTok sebagai alternatif mesin pencari selain Google. Lalu, apakah TikTok akan menggantikan Google?
Pertanyaan ini kerap kali muncul di benak banyak orang. Tak heran, hasil survei GoodStats menunjukkan bahwa TikTok adalah aplikasi nomor satu yang paling banyak orang unduh sepanjang tahun 2021.
Ramainya media sosial TikTok membuat user behavior aplikasi ini turut berkembang. Kini, TikTok bukan cuma tempat video joget remaja, tapi juga tempat mencari informasi.
Namun, sebesar itukah kemungkinan TikTok jadi aplikasi mesin pencari? Simak jawabannya di sini.
Apakah TikTok adalah “The New” Google?
Popularitas TikTok memang tak main-main. Tak cuma di Indonesia, platform ini berhasil meraih popularitas secara global.
Melansir Social Shepherd, platform ini masuk ke dalam jajaran aplikasi paling sering orang unduh di tahun 2021. Tak hanya itu, aplikasi ini punya sekitar 30,8 juta pengguna aktif harian di iOS dan 14,43 juta pengguna aktif harian di Android.
Dengan jumlah yang fantastis ini, tak heran jika TikTok ada di jajaran media sosial paling populer. Bahkan, Insider Intelligence memprediksi bahwa platform ini akan memiliki hampir 1 miliar pengguna aktif pada tahun 2025 mendatang.
Namun, apakah kira-kira aplikasi berbagi video ini akan dan mampu menggantikan Google sebagai mesin pencari terbesar?
Jawabannya adalah tidak. Mengapa demikian?
Pada dasarnya, basis mesin pencari milik TikTok adalah untuk konten internal di platformnya sendiri. Hasil pencariannya pun hanya terbatas pada area fokus serta format tertentu, yakni format video.
Maka dari itu, hasil pencarian di TikTok pun terbilang cukup terbatas, tak seperti Google yang mampu memberikan hasil pencarian secara universal dari berbagai sumber dan domain dalam berbagai format, mulai dari berita, gambar, video, dan lain sebagainya.
Terlebih lagi ada beberapa faktor berbeda yang berperan dalam cara pengguna aplikasi memilih mesin pencari untuk memenuhi kebutuhannya di momen tertentu.
Ada 4 faktor yang memengaruhi cara pengguna aplikasi dalam memilih mesin pencari:
- Adopsi teknologi
- Keahlian
- Medium
- Sosial
Pada akhirnya, TikTok dan Google punya cakupan berbeda dalam memenuhi search intent para pengguna — cakupan TikTok terbatas, Google lebih luas.
Oleh karena itu, jalan TikTok untuk menjadi platform mesin pencari terbesar pengganti Google masih sangat panjang.
Mengapa Orang-Orang Mencari Informasi di TikTok?
Jika TikTok tak punya cakupan hasil pencarian seluas Google, lalu mengapa banyak orang yang menggunakan platform ini sebagai mesin pencari?
Bahkan, dapat kita lihat bahwa TikTok mulai mengambil pangsa pasar Google secara vertikal, mulai dari pencarian simpel seperti resep makanan, tips berkebun, hingga rekomendasi tempat wisata.
Memang, format video di TikTok membuat kata kunci yang membutuhkan visualisasi jadi masuk akal untuk dicari di platform tersebut.
Selain itu, keywords yang termasuk dalam pencarian berisiko rendah tersebut punya kemungkinan jawaban yang tidak terlalu spesifik, atau bahkan cenderung general.
Jadi, pengguna tak perlu mendapatkan jawaban sempurna yang benar-benar faktual dari keyword yang mereka masukkan. Oleh karena itu, TikTok bisa mereka jadikan opsi mesin pencari.
Alasan lain para pengguna memilih TikTok adalah karena banyaknya jumlah akun ahli yang terverifikasi centang biru dengan jumlah tayangan, suka, dan pengikut yang sejibun. Para pemilik akun ini biasanya punya bidang keahlian masing-masing, sesuai dengan kata kunci yang pengguna cari.
Tak heran, pengguna TikTok dapat dengan mudah mempercayai pendapat para ahli tersebut karena persona internet dan track record sosial mereka yang meyakinkan.
Sekilas, hal itu memang membuat TikTok jadi platform yang cocok untuk jadi mesin pencari. Sayangnya, mudahnya akses informasi dari berbagai macam akun di TikTok ternyata dapat meningkatkan risiko penyebaran misinformasi di platform ini.
Melansir Social Shepherd, demografi usia pengguna TikTok paling banyak adalah usia 10-19 dengan 25% pengguna dan usia 20-29 dengan 22,4% pengguna.
Tak hanya itu, data dari Qustodio di tahun 2020 menyatakan bahwa secara global, rata-rata anak-anak menghabiskan waktu paling banyak di aplikasi TikTok.
Tentu saja, data ini cukup mengkhawatirkan karena potensi viralitas suatu video berisi misinformasi untuk menyasar basis pengguna muda sungguh besar. Selain itu, anak-anak lebih mudah terpengaruh akan konten di TikTok daripada selama pencarian aktif.
Bahkan, saking populernya platform ini, para pengguna TikTok pun juga mencari konten TikTok di mesin pencari Google, misalnya dengan keyword “resep tiktok” yang mencapai 170 search volume tiap bulannya di Indonesia.
Perilaku Pengguna TikTok
Jadi, apabila ditilik lewat perilaku utama pengguna di TikTok, ada dua perilaku yang bisa dilihat: active search dan content discovery.
Apa arti dari masing-masing perilaku tersebut? Simak penjelasan berikut ini!
1. Content Discovery
Pengertian Content discovery adalah suatu proses mencari dan menemukan konten.
Dalam konteks platform TikTok, content discovery terjadi ketika seorang pengguna scrolling laman For You Page untuk menemukan hiburan, resep makanan, ide outfit, rekomendasi skincare, tempat wisata, hingga cara mengatur keuangan.
Menariknya, algoritma konten TikTok akan memunculkan related content yang masing-masing pengguna sukai. Jadi, isi konten For You Page dapat menjadi sangat personalized bagi tiap pengguna.
Dengan algoritma ini, banyak pengguna TikTok yang merasakan pengalaman content discovery yang positif selama menggunakan TikTok.
Maka dari itu, tak heran jika kehadiran TikTok sebagai alternatif mesin pencari mulai naik daun.
Pasalnya, pengalaman content discovery yang mayoritas positif ini membuat para pengguna jadi menaruh kepercayaan ke platform TikTok.
Selain itu, mereka tahu bahwa konten yang ingin mereka konsumsi sesuai dengan preferensi masing-masing tersedia melimpah di TikTok.
2. Active Search
Perilaku pengguna TikTok selanjutnya adalah active search. Melansir Moz, active search terjadi ketika seorang pengguna mengetik pertanyaan tertentu di kolom pencarian suatu platform.
Di platform TikTok, seorang pengguna dapat mendapatkan berbagai jenis jawaban terkait pertanyaan spesifik hanya dengan mengetik keyword yang mereka mau di mesin pencari, lalu scroll berbagai jawaban di hasil pencarian tersebut.
Karena tak perlu membuka banyak tab, fitur ini memberikan kepuasan bagi pengguna akan kepraktisan yang tersedia.
Fenomena Persuasion Resistance dalam Iklan
Dalam dunia psikologi, ada istilah persuasion resistance. Apa itu?
Melansir National Library of Medicine, persuasion resistance merupakan sebuah upaya pertahanan psikologis alami saat seseorang merasa sedang dimanipulasi oleh orang lain untuk membeli, melakukan, atau memikirkan sesuatu.
Dalam kondisi ini, respon psikologis orang adalah menganggap persuasi sebagai ancaman dan cenderung menolak hal tersebut.
Contoh kasus dalam dunia marketing adalah beberapa tahun lalu ketika industri periklanan online merasa khawatir akan penurunan click-through rate pada banner iklan mereka.
Usut punya usut, ternyata para user telah paham akan tabiat para pengiklan: mereka hanya mau menjual produk.
Hal ini memicu terjadinya sebuah fenomena psikologis bernama persuasion resistance atau perlawanan terhadap persuasi.
Setelah itu, industri periklanan mengembangkan 4 strategi untuk melawan kembali fenomena persuasion resistance ini. Strateginya antara lain:
- Pertama, native advertising, yaitu suatu strategi untuk membuat iklan seolah-olah bagian dari konten.
- Lalu, peletakan native advertising pada tempat yang tak terduga (tidak seperti banner iklan yang terpampang nyata).
- Kemudian, iklan dibuat menjadi lebih sesuai konteks dari suatu konten sehingga tak terasa mengganggu.
- Terakhir, pemanfaatan kekuatan kepercayaan dengan testimoni sosial. Dari sinilah istilah pemasaran influencer
Strategi Melawan Persuasion Resistance Ala TikTok
Nah, keempat strategi di atas telah TikTok gunakan dengan baik di platform mereka dengan caranya sendiri. Bagaimana triknya?
- Adanya fitur Creator Fund untuk membayar para konten kreator berdasarkan jumlah tayangan dan interaksi di tiap video yang dibuat. Jadi, jika Anda bertanya apakah TikTok menghasilkan uang? Jawabannya adalah iya.
- Penayangan video endorse dalam wujud kegiatan sehari-hari, seperti outfit of the day, a day in my life, what’s in my bag, dan lain sebagainya. Dengan begitu, konten endorse pun tak terlihat sebagai konten iklan secara eksplisit.
- Penayangan video iklan ada dalam format yang sama seperti video biasa dengan tambahan tanda kecil di bagian bawah untuk menandai bahwa konten tersebut adalah promoted content.
- Seluruh video yang lewat di timeline TikTok dapat diidentifikasi kreatornya serta jumlah like dan penayangannya. Bahkan, kolom komentar pun terbuka lebar untuk interaksi sosial. Jadi, bukti sosial makin meyakinkan!
Akan tetapi, marketing influencer atau media sosial berbayar. Jadi, mengapa Anda harus khawatir akan posisi TikTok sebagai bakal pengganti Google sebagai mesin pencari?
Kini, SEO adalah Fitur Omnichannel
Omnichannel adalah pendekatan multichannel oleh sebuah platform untuk menyediakan pengalaman yang mulus pada penggunanya lewat saluran yang bervariasi.
Kian berkembangnya teknologi, fenomena multisearch mulai naik daun. Awal kemunculan istilah ini adalah ketika Google mulai mengintegrasi fungsi Google Lens pada kebiasaan lama searching dan penggunaan SEO.
Dari fitur “cari berdasarkan gambar” milik Google Lens, kini Anda bisa mencari di Google Maps, YouTube, atau Instagram tanpa perlu mengetik teks.
Maka dari itu, kini SEO tak lagi hanyalah tentang merespon pertanyaan tertulis di mesin pencari.
Hal inilah yang membuat TikTok jadi tempat potensial untuk menarik traffic dari pengguna.
Dengan membuat konten di TikTok dan mengoptimasi konten tersebut untuk mesin pencari, Anda bisa membantu para pengguna untuk menemukan konten Anda kapan pun mereka butuh, di mana pun yang mereka inginkan, dan dalam format apa pun yang ingin mereka pilih.
Bahkan, TikTok kini mulai merambah SERP dengan TikTok web.
Nah, strategi SEO omnichannel akan membuat Anda lebih mudah berinteraksi dengan pengguna, bahkan di luar domain Anda. dengan begitu, website Anda bisa menduduki tempat di SERP.
Baca Juga : Media Sosial vs Website, Mana yang Lebih Baik untuk Bisnis?
Misalnya, kini Google sedang berada dalam proses diversifikasi domain yang ditampilkan di hasil pencarian mereka.
Maka dari itu, apabila Anda ingin brand Anda muncul di SERP secara optimal, Anda harus mendistribusikan konten brand di berbagai domain, termasuk TikTok.
Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa website TikTok punya lebih dari 134 juta halaman yang diprogram seputar topik, tagar, dan suara.
Dari data di atas, Anda dapat mengambil kesimpulan bahwa memiliki konten featured di TikTok adalah hal yang amat menguntungkan karena dapat mendatangkan traffic dan organic clicks yang tinggi.
Industri Ini Wajib Ada di TikTok!
Pada dasarnya, algoritma konten di TikTok sungguh menarik karena bisa menampilkan konten random berdasarkan preferensi masing-masing akun dan tak melulu berdasarkan akun yang tiap pengguna ikuti.
Dengan begitu, pengguna TikTok bisa menemukan konten kreator baru dalam berbagai niche setiap harinya karena algoritma ini.
Ternyata, ada sebutan khusus untuk tiap niche di TikTok, yaitu dengan menambahkan imbuhan “tok” di bagian belakang nama niche.
Misalnya, konten tentang buku biasa pengguna sebut sebagai “book-tok”. Begitu juga niche lainnya, ada “finance-tok”, “food-tok”, “skincare-tok”, “fandom-tok”, dan lain sebagainya.
Melansir Social Shepherd, beberapa niche industri yang populer di TikTok adalah sebagai berikut:
- Kecantikan dan perawatan kulit
- Fashion
- Makanan dan minuman
- Alat rumah tangga
- Hiburan
- Travel
- Olahraga
Bagaimana, apakah industri yang Anda geluti ada di daftar tersebut?
Anda juga bisa melihat contoh saran pencarian dengan keyword yang umum pengguna pakai untuk keperluan informasi atau komersial di kolom pencarian TikTok berikut ini:
Hasil saran pencarian tentu berbeda-beda untuk tiap pengguna. Namun, dari gambar di atas dapat Anda lihat bahwa mayoritas dari saran pencarian itu terkait dengan topik yang sering brand rilis di blog atau website mereka untuk keperluan bisnis.
Meski begitu, industri yang sukses di TikTok tak terbatas pada daftar di atas saja. Pasalnya, industri apa pun punya pasarnya sendiri di platform ini.
Misalnya, Duolingo yang tergolong dalam kategori pendidikan pun turut menggebrak platform TikTok dengan video-video viral hingga mencapai 5 juta pengikut.
Tak hanya itu, industri edukasi yang fokus dalam pengembangan diri dan karier pun turut meraup popularitas di TikTok, salah satunya terbukti dari akun Vina Muliana yang kini telah memiliki lebih dari 5 juta pengikut di TikTok.
Dari sini, terlihat bahwa apa pun niche brand Anda, membuat konten di TikTok adalah langkah yang tepat untuk membuat brand Anda lebih mudah muncul di mesin pencari lintas platform sehingga dapat menaikkan traffic dan CTR brand.
Kesimpulan
TikTok adalah platform besar dengan jutaan pengguna aktif yang sebagian besar memiliki kecenderungan untuk mencari informasi yang mereka inginkan di platform ini.
Perilaku pengguna TikTok untuk mencari informasi di TikTok melalui content discovery dan active search membuat TikTok menjadi alternatif mesin pencari yang potensial karena platform ini telah berhasil menggaet kepercayaan penggunanya.
Jadi, dengan seluruh fakta tersebut, akankah TikTok berpotensi menggeser kedudukan Google sebagai mesin pencari utama?
Tentu, jawabannya adalah tidak.
Platform TikTok mungkin punya kapabilitas untuk memberikan informasi sesuai yang pengguna inginkan. Namun, tak seperti Google, cakupan hasil pencarian di TikTok hanya terbatas di platform mereka saja.
Meski begitu, TikTok tetap punya kekuatan untuk mendatangkan traffic dan organic search untuk brand Anda.
Melalui strategi SEO omnichannel, brand Anda lebih mudah berinteraksi dengan pengguna, bahkan di luar domain Anda. dengan begitu, website Anda bisa menduduki tempat di SERP.
Meskipun jawaban dari pertanyaan “Apakah TikTok akan Menggantikan Google?” adalah tidak, segala keuntungan untuk traffic konten yang ditawarkan TikTok untuk brand Anda adalah hal yang pantas untuk diperhatikan.